Semangat dan Komitmen Para Pendiri Negara Dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
A. 1. Nilai Semangat Pendiri Negara
a. Nasionalisme dalam arti sempit
Nasionalisme dalam arti sempit disebut juga dengan nasionalisme negatif karena
mengandung makna perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat
tinggi dan berlebihan, sebaliknya memandang rendah terhadap bangsa lain.
Nasionalisme dalam arti sempit disamakan dengan chauvinisme.
b. Nasionalisme dalam arti luas
Nasionalisme dalam arti luas atau yang berarti positif. Nasionalisme dalam
pengertian ini adalah perasaan cinta yang tinggi atau bangga terhadap tanah air
dan tidak memandang rendah bangsa lain. Saat mengadakan hubungan dengan negara
lain, selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara serta menghormati
kedaulatan negara lain.
Adapun patriotisme berasal dari kata patria,
yang artinya tanah air. Kata patria kemudian berubah menjadi kata patriot yang
artinya seseorang yang mencintai tanah air. Oleh sebab itu, patriotisme berarti
semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang bersedia mengorbankan
segala-galanya untuk mempertahankan bangsanya. Sikap ini muncul setelah
lahirnya nasionalisme, namun antara nasionalisme dan patriotisme umumnya
diartikan sama. Jiwa patriotisme telah tampak pada sejarah perjuangan bangsa
Indonesia. Hal itu antara lain diwujudkan dalam bentuk kerelaan para pahlawan
bangsa untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan dengan mengorbankan jiwa
dan raga. Jiwa dan semangat bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan sering
juga disebut sebagai ”jiwa dan semangat ’45”.
Adapun hal-hal yang terkandung dalam jiwa dan semangat ‘45 adalah sebagai
berikut.
- Pro
Patria dan Primus Patrialis, artinya mencintai tanah air dan mendahulukan
kepentingan tanah air.
- Jiwa
solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap
perjuangan kemerdekaan.
- Jiwa
toleransi atau tenggang rasa antaragama, antarsuku, antargolongan dan
antarbangsa.
- Jiwa
tanpa pamrih dan bertanggung jawab.
- Jiwa
ksatria dan kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam.
Sifat, jiwa, dan
semangat 45 itulah yang harus dijadikan contoh sikap positif generasi muda
terhadap makna perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara. Selain
sifat, jiwa, dan semangat ‘45 di atas yang harus kita jadikan contoh terdapat
pula ekses negatif yang perlu kita hindari, yakni sebagai berikut:
- Kolaborator
dan koperator dalam arti kerja sama dengan pihak penentang kemerdekaan.
- Persaingan
tidak sehat antargolongan.
- Separatisme,
yaitu pemisahan dari negara kesatuan.
- Oportunitas,
yaitu paham yang ingin menguntungkan diri sendiri dipihak manapun ia
berdiri.
Nasionalisme dan
patriotisme dibutuhkan bangsa Indonesia untuk menjaga kelangsungan hidup dan
kejayaan bangsa serta negara. Kejayaan sebagai bangsa dapat dicontohkan oleh
seorang atlet yang berjuang dengan segenap jiwa dan raga untuk membela tanah
airnya. Contoh lainnya adalah semangat yang dimiliki para pendiri negara dalam
merumuskan Pancasila. Mereka memiliki semangat mendahulukan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi ataupun golongan. Nasionalisme dan
patriotisme sangat penting bagi kelestarian kehidupan bangsa Indonesia dikarenakan
kondisi-kondisi sebagai berikut.
- Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang majemuk atau keanekaragaman dalam suku,
ras, golongan, agama, budaya, dan wilayah.
- Alam
Indonesia, dengan kepulauan Nusantara terletak pada posisi silang yang
dapat mengandung kerawanan bahaya dari negara lain.
- Adanya
bahaya disintegrasi (perpecahan bangsa) dan gerakan separatisme (gerakan
untuk memisahkan diri dari suatu bangsa) apabila pemerintah tidak bersikap
bijaksana.
Semangat kebangsaan
diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan kejayaan bangsa Indonesia.
Semangat kebangsaan para pendiri negara dalam merumuskan dan menetapkan
Pancasila sebagai dasar negara yang perlu kita tiru dan praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai berikut.
- Semangat Persatuan dan Kesatuan
Proses perumusan dasar
negara dilakukan oleh para tokoh bangsa pendiri negara melalui sidang BPUPKI
dan PPKI. Mereka berasal dari daerah, suku, agama, dan profesi yang
berbeda-beda. Namun berbagai latar belakang yang beraneka ragam tersebut tidak
menghalangi mereka untuk memberikan hasil terbaik bagi bangsa dan negara. Para
pendiri negara tersebut meninggalkan rasa kesukuan dan fanatisme terhadap
daerahnya atau agamanya. Mereka lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
keutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia. Hal ini, misalnya dapat diketahui
dari perubahan kalimat butir pertama rumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta
yang awalnya, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perubahan tersebut
dilakukan dalam karena munculnya keberatan dari golongan pemeluk agama Kristen
dan Katolik dari Indonesia Timur. Apabila perubahan tidak dilakukan, maka
dikhawatirkan persatuan dan kesatuan bangsa akan terpecah.
Semangat persatuan dan kesatuan yang ditunjukkan para pendiri negara dalam
proses perumusan Pancasila dapat kita teladani dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut contoh semangat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
- Membiasakan hidup rukun dan
saling menolong antarmanusia.
- Menyelesaikan masalah dengan
kekeluargaan, tidak dengan kekerasan.
- Mengutamakan kepentingan
bersama daripada kepentingan diri sendiri.
- Memandang dan memperlakukan
orang lain secara sama tanpa diskriminasi.
- Menghargai perbedaan dan bersikap
toleransi terhadap orang lain.
- Mengerti atau merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain, serta tidak mudah marah atau menyimpan dendam.
2. Komitmen Para Pendiri Negara dalam Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Komitmen adalah sikap dan perilaku yang ditandai oleh rasa memiliki, memberikan
perhatian, serta melakukan usaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dengan
sungguh-sungguh. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap bangsa adalah orang
yang akan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadinya.
Para pendiri negara dalam perumusan Pancasila memiliki ciri-ciri komitmen
pribadi sebagai berikut.
- Mengutamakan
semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme. Pendiri negara memiliki
semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme yang tinggi. Hal ini
diwujudkan dalam bentuk mencintai tanah air dan mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
- Adanya
rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia. Para pendiri negara dalam
merumuskan dasar negara Pancasila dilandasi oleh rasa memiliki terhadap
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, nilai-nilai yang lahir dalam Pancasila
berasal dari bangsa Indonesia sendiri. Nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial adalah nilai-nilai yang berasal
dan digali dari bangsa Indonesia.
- Selalu
bersemangat dalam berjuang. Para pendiri negara selalu bersemangat dalam
memperjuangkan dan mempersiapkan kemerdekaan bangsa Indonesia seperti Ir.
Soekarno, Mohammad Hatta, dan para pendiri negara lainnya yang mengalami
cobaan dan tantangan perjuangan yang luar biasa. Ir. Soekarno dan Mohammad
Hatta berkali-kali dipenjara oleh Belanda. Namun, dengan semangat
perjuangan nya para pendiri negara tetap bersemangat memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.
- Mendukung
dan berupaya secara aktif dalam mencapai cita-cita bangsa yaitu merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
- Melakukan pengorbanan pribadi, dengan cara menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, serta mendukung keputusan yang menguntungkan bangsa dan negara.
Semangat dan komitmen para pendiri negara jangan dipandang
sebagai sejarah perjuangan dimasa lampau melainkan harus diteladani dalam
kehidupan sekarang ini. Semangat dan komitmen para pendiri negara bisa
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, maupun di lingkungan berbangsa dan bernegara. Beberapa contoh sikap
mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara dalam kehidupan
sehari-hari sebagai berikut.
- Lingkungan Keluarga
Adapun sikap mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara
dalam lingkungan keluarga sebagai berikut.
- Meringankan beban orang tua sesuai
dengan kemampuan.
- Menghormati semua anggota
keluarga.
- Mematuhi peraturan yang ada dalam kehidupan keluarga.
- Lingkungan Sekolah
Adapun sikap mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara
dalam lingkungan sekolah sebagai berikut.
- Menjalin kerja sama dengan
teman di sekolah.
- Giat belajar untuk meraih
prestasi.
- Tidak membeda-bedakan teman
dalam bergaul.
- Lingkungan Masyarakat
Adapun sikap mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara
dalam lingkungan masyarakat sebagai berikut.
- Mengikuti kegiatan di
masyarakat.
- Peduli terhadap warga
masyarakat lainnya.
- Berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat dengan bersosialisasi.
Gambar Kerjabakti Membersihkan Lingkungan
Sekitar
- Lingkungan Berbangsa dan
Bernegara
Adapun sikap mewujudkan semangat dan komitmen para pendiri negara
dalam lingkungan berbangsa dan bernegara sebagai berikut.
- Menaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
- Tidak membeda-bedakan suku,
ras, agama, atau golongan.
- Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Nama : Rahmah Nur Maulidya
BalasHapusNo Absen : 26
Kelas : VII A
Nama:iqbal dimas setiawan
BalasHapusNo absen:14
Kelas:7F
Rezzza nur Ilham
BalasHapusAbsen 28
7A
Eryx Cassablanca
BalasHapusAbsen:11
7f
Nama:Yunia Putri Cahyani
BalasHapusKls:VII A
No:32
Mohammad Rizki Aditya
BalasHapusKelas 7A
No absen 21
Nama:Risqi eka ernadi
BalasHapusnomer:29
kelas:7B
Nama : Nadiya Rindi Antika
BalasHapusAbsen : 23
Kelas : 7C
Nama:Nur Tria Hidayana Tulloh
BalasHapusNo absen:25
Kelas:7B
Nama:muhammad iqbal shofariansyah
BalasHapusNo absen:22
Kelas:7A